Dengan jumlah gunung berapi yang tak kurang dari 240 buah, gelar "Ring of Fire" memang pas untuk negeri kita. Meskipun tidak semua gunung tersebut aktif. Karena sebagian tergolong gunung "tidur". Mungkin banyak yang tidak menyadari bahwa ujung timur Pulau Jawa, nyaris seluruhnya diliputi gunung berapi, baik yang masih aktif maupun tidak. Ada sekitar enam buah gunung berapi yang sering disebut sebagai Dataran Tinggi Ijen, atau Kaldera Ijen. Karena bentuknya seperti kawah raksasa.
Ijen, Merapi, Suket dan Raung adalah beberapa gunung utama di seputar Kaldera Ijen. Dengan lebar 20 km, kaldera ini merupakan yang terbesar di negara kita dan mengalahkan kaldera Bromo yang tersohor itu.
Namun karena lokasinya agak tersembunyi dan belum banyak potensi yang dikembangkan, daerah ini terbilang kurang populer. Padahal pesona di kawasan ini cukup cantik, seperti yang bisa kita lihat di Gunung Ijen. Bila Anda menyeberangi Selat Bali dari Banyuwangi ke Gilimanuk, akan terlihat gunung menjulang tinggi. Itulah Gunung Merapi dan Gunung Ijen.
Uniknya, di puncak Gunung Ijen ada sebuah kawah yang terisi air sehingga membentuk danau. Memiliki dinding setinggi 200m. jari-jari sekitar satu km dan kedalaman kurang lebih 175 meter, danau ini disebut-sebut sebagai danau asam terbesar di dunia.
Kawah Ijen terakhir kali meletus pada tahun 1952 dan sampai saat ini masih banyak mengeluarkan sulfur atau belerang. Para penduduk sekitar, memanfaatkan sumber mineral yang menjadi tambang belerang ini sebagai mata pencaharian. Mungkin kita sering mendengar atau melihat penambang pasir di kaki gunung berapi seperti yang terjadi di Gunung Merapi di Yogyakarta. Tapi untuk pertambangan belerang, mungkin inilah rata-satunya tambang belerang yang masih tradisional di dunia. Gas belerang yang terpancar persis di tepi danau, setelah melalui proses sublimasi berubah menjadi cair dan akhirnya berubah menjadi bongkahan belerang.
Sebuah Perjuangan Berat
Aktivitas di tempat yang kami sebut "ground zero" inilah, yang sangat menarik sekaligus berbahaya. Sebab gas belerang terus keluar tanpa henti. Jika tanpa sengaja menghirup udara bercampur belerang, kita bisa tersedak dan sulit bernapas. Kerongkongan tercekat, batuk-batuk dan mulut kita pun terasa asam pahit. Ironisnya, penduduk yang menjadi penambang di sini, bekerja secara bergantian selama 24 jam nonstop! Tercatat sekitar 200 orang menggantungkan hidupnya dari sini.
Bongkahan yang telah mengeras tadi, selanjutnya dipikul ke luar kawah dengan memakai keranjang bambu. Setiap orang membawa beban sekitar 50 hingga 150 kg, dengan upah sekitar Rp 400/kg. Gawatnya, mereka harus membawa pikulan seberat ini sambil mendaki dinding kawah yang sangat terjal setinggi 200 meter!
Setelah tiba di bibir kawah, para pemikul ini masih harus membawanya ke pos penimbangan tiga kilometer berikutnya! Tentu saja, ini adalah sebuah perjuangan hidup yang tidak mudah. Oleh karenanya jarang ada penambang (khususnya pemikul) yang bisa bekerja selama dua hari berturut-turut. Keberadaan penambang belerang ini, bisa menjadi cerita tersendiri jika Anda mengunjungi Ijen.
Kelelahan yang Terbayar
Perlu kami ingatkan pula, bahwa jalan menuju lokasi ground zero, cukup sulit dan berbahaya. Tidak dianjurkan bagi Anda yang takut pada ketinggian atau sedang dalam kondisi kurang fit. Untuk bisa mencapai Kawah Ijen, kita harus menempuh jalan setapak selebar tiga meter, sejauh tiga kilometer dari Pal Tuding (sekitar 50 km dari Bondowoso), sekitar 2,5 jam lamanya! Waktu terbaik untuk mengunjungi Ijen adalah pada saat musim kemarau.
Dan pada saat akhir pekan, biasanya Ijen cukup ramai dikunjungi wisatawan lokal dari daerah sekitarnya. Usahakan berangkat subuh sehingga bisa mencapai puncak pada saat matahari terbit.
Persis sebelum mencapai bibir kawah, kita bisa menikmati keindahan matahari terbit. Warna air kawah yang hijau, sangat kontras dengan dinding kawah yang berwarna kecoklatan. Wah... semua rasa lelah, rasanya terbayar sudah!
Lewat tengah hari, sebaiknya bergegas meninggalkan lokasi. Karena, sama seperti cuaca di gunung pada umumnya, kabut tebal akan mulai datang menyelimuti. Meskipun jalanan yang dilalui tetap terlihat. namun faktor keselamatan tetap harus dijaga.
Untuk akomodasi, Anda bisa menyewa pondok yang ada di Pal Tuding atau bisa juga di beberapa guesthouse perkebunan kopi yang ada di sekitarnya. Ijen View, hotel bintang tiga yang terdapat di Bondowoso juga bisa menjadi alternatif menarik.
Meskipun sebelumnya Anda harus menempuh perjalanan selama dua jam untuk mencapai Pal Tuding. Selain itu, perkebunan kopi juga banyak terdapat di kaki Ijen. Sehingga bagi Anda penggemar berat kopi, bisa langsung menyeruput nikmatnya kopi asli Dataran Tinggi Ijen di salah satu cafe yang terdapat di sini. Sungguh nikmat!
Itulah Ijen. Selain menawarkan pemandangan yang menawan. Ijen juga memberi berkah bagi penduduk sekitarnya.
sangat indah tuk dilihat video kawah Ijen, asyiiiiiik........
ReplyDelete